“Hah ? Mama mandi di sungai ini ?” Deena bertanya setengah terperangah tak percaya, aku tersenyum geli melihat ekspresi keterkejutannya. Aku tetap menyetir pelan, membiarkan Deena menikmati pemandangan sungai karang mumus dari Jembatan Tiga yang tengah kami lewati. Dia menutup hidungnya “Mama jorok ah, “ katanya lagi hampir tak percaya“ Coba lihat ma, warna airnya betul-betul hitam”. Aku tetap tersenyum, kulirik air sungai karang mumus yang dimaksud Deena. Musim kemarau memang membuat air sungai yang sudah tercemar ini tambah hitam warnanya, belum lagi bau menyengat yang tercium dari jendela mobil yang memang sengaja kubuka.
Aku dan Deena anak keduaku yang duduk di kelas V SD Muhammadiyah Samarinda memang sangat jarang lewat dijembatan ini, pada hari ini ketika kami bermaksud mencari baju seragam sekolah di penjahit pelajar yang terletak di jalan Lambung Mangkurat sengaja aku lewat jalan Akhmad Dahlan menuju Jalan Lambung Mangkurat tempat penjahit itu berada, sehingga untuk melewati sungainya kami melewati jembatan Tiga dimana sungai karang mumus dibangun diatasnya, dan kesempatan pula bagiku untuk menceritakan masa kanak-kanakku yang banyak kuhabiskan di Sungai Karang Mumus ini.
Dulu diawal tahun Delapan Puluhan, keluargaku pernah tinggal beberapa meter mendekati belantaran sungai Karang Mumus, pada masa itu kebanyakan penduduk sini melaksanakan kegiatan MCK di Sungai Karang Mumus. Bahkan mungkin untuk minum pun mengambil air dari sungai ini.- tapi tentu saja setelah ditampung menggunakan tawas, kapur gamping dan kaporit agar layak pakai. Aku dan teman-teman meskipun tinggal agak jauh tetap memanfaatkan sungai ini sebagai moment bermain dan mandi bersama di sore hari.
Namun tentu itu dua puluh lima tahun yang lalu, kondisi sungai Karang Mumus tidak separah ini, sungainya masih bersih tapi tidak juga terlalu jernih, masih banyak terlihat beberapa jenis ikan berseliweran, ikan haruan, patin, pipih, biawan, pepuyu sangat mudah didapat, termasuk haliling yang biasanya nempel disekitar batang 1)dan pondasi rumah-rumah penduduk, dulu sebelum ada program relokasi 2). Rumah-rumah penduduk memang dibangun dipinggir sungai bahkan sudah menjorok ke sungai, ikan dan haliling itu merupakan salah satu jenis hewan sungai yang dapat dikonsumsi disungai ini, caranya dengan ditangguk 3). Kapal-kapal sebagai alat transportasi, pengangkut BBM dan beberapa kebutuhan bahan pokok lalu lalang di sungai ini, terkadang juga lewat kapal yang mengangkut papan-papan hasil dari sawmill yang pada waktu itu merupakan usaha yang banyak berdiri di pinggir-pinggir sungai.
Untuk melaksanakan hajat MCK penduduk sini membangun batang yang dilengkapi dengan jamban umum, jamban 4) ini boleh digunakan oleh siapa saja yang memerlukan, Jamban ini dibangun diatas batang, adapun batang sendiri bentuknya seperti rakit yang ditambatkan pada beberapa kayu gelondongan, tempat pemandiaan yang seperti inilah yang banyak memberikan memori padaku, terutama kenangan menghabiskan waktu di sore hari bersama teman-teman sebaya. Kapal-kapal ketinting 5) dan jukung 6) dan kapal air yang bersandar di pinggir sungai menjadi sarana kami untuk terjun dari atasnya, serasa latihan terjun indah di kolam renang. Yah, Sungai karang mumus adalah kolam renang pertamaku, disini aku belajar berenang, belajar menangguk 7) ikan, bersosialisasi dengan teman-teman dan bermain masak-masakan dengan memanfaatkan ilung8) yang lewat. Cara mandi kami yang wanita terbilang unik, tapih 9)kami ikat salah satu di bahu sebelah kanan atau kiri, kemudian kami terjun sambil menyibak tapih itu sehingga udara masuk kedalamnya dan tapihnya mengembang laksana balon, sehingga kami bisa menjadikan semacam ban yang bisa dijadikan alas untuk menyandarkan kepala diatasnya. Jadi serasa mandi sambil tidur-tiduran, asik sekali. Bila ramadhan tiba, mandi murupakan ritual yang mengasikkan, mandi sambil menyelam adalah favorit kami, karena sambil menyelam bisa sekaligus minum air… huahaha…….
“Mamaaaa” Deena menyadarkan lamunanku “ kok ngelamun ma?”
“ Dulu air sungai mahakam tidak tercemar seperti ini, sayang. Dulu asik lo mandi di sungai ini “ kataku menjelaskan.
“Sungai ini dulu merupakan urat nadi kehidupan, pusat kegiatan penduduk yang ada disekitar, sebagaimana pula induknya sungai mahakam yang didepannya ada taman tepian itu lo” kataku lagi.
“ Nak, Sungai Mahakam kan salah satu sungai terpanjang di Indonesia, setelah sungai Barito, panjangnya 920 km, muaranya di Selat Makasar, sungai ini melintasi wilayah Kabupeten Kutai Barat di bagian Hulu, hingga kabupaten Kutai Kartanegara dan Kota Samarinda di bagian hilir, anak-anak sungainya meliputi Sungai Belayan, Sungai Lawa, Sungai Telai , Sungai Kedang Kepala, Sungai Tenggarong dan termasuk termasuk sungai Karang Mumus ini”
“oh….” Deena mengiyakan.
Dan bagiku sungai mahakam tidak hanya sebagai urat nadi, dia menjadi bagian hidup tetapi juga filosofi yang tumbuh bersamaku, kehadirannya sama pentingnya dengan sungai kuning Huang He di China, Indus River di India, sungai Tigris di Mesopotamia, atau sungai Amazon di Amerika Selatan, yang bersama aliranya lahirlah peradaban manusia, terukirlah sejarah manusia. Karena sudah menjadi kodrat bahwa munculnya sebuah kehidupan dan peradaban persyaratan utamanya adalah air, dimana ada aliran air disitulah perkampungan dibangun.
“Nak, tahukah kalau air minum yang kita minum sehari-hari berasal dari air sungai mahakam? Air sungai mahakam dikelola oleh PDAM Samarinda melalui 7 Instalasi Pengolahan Air yaitu IPA Palaran, Pulau Atas, Selili, Gadjah Mada, Karang Asam, Samarinda Seberang dan Teluk Lerong”
“Kalau air PDAM mati bukan karena pasokan air di sungai mahakam sudah habis kan ma?”. tanya Deena polos.
Aku tertawa tertahan. Deena paling sibuk kalau air PDAM terhenti karena ia paling suka main air dikolam depan rumah dan paling suka mengganti air dan membersihkan akuarium ikan-ikan hiasnya, kalau ada gangguan PDAM dia yang paling sering uring-uringan.
“Kebanyakan air PDAM tidak mengalir jika datang musim kemarau yang panjang, ini dikarenakan kadar garam air laut sudah memasuki sungai mahakam, terutama di IPA Palaran dan Pulau atas, ambang kadar garam yang aman kan 250 ppm, lebih dari itu kegiatan IPA dihentikan “
“Ma, kapan-kapan kita ke tepian Mahakam lagi ya, aku pengen makan jagung bakar, setelah itu kita narsis di depan Islamic Center, aku mau upload di FB ma, biar teman-teman di daerah lain bisa melihat keindahannya” usul Deena tiba-tiba.
Hem, aku tersenyum.
Salahsatu aliran sungai mahakam memang melewati jalan Gajah Mada, di jalan ini berdiri salah satu pusat pemerintahan yaitu kantor Gubernur Kalimantan Timur, sungai mahakam membelah dua kota Samarinda dengan Samarinda Seberang, didepan kantor Gubernur itu atau tepatnya dipinggir sungainya dibangun taman tepian yang memanjang ke bagian hulu, kami sekeluarga sering menghabiskan waktu sore disini, sambil menikmati jagung bakar yang lezat. Berjalan agak ke hulu berdirilah sebuah bangunan Islamic Center yang megah, merupakan pusat kegiatan islam yang terbesar di Asia Tenggara. Disinilah aku dan Darlene (kakaknya Deena) sering narsis foto-fotoan. Islamic center merupakan icon pariwisata bernuansa religius di Kaltim. IC dibangun berujuan sebagai pusat bisnis berupa Masjid dilengkapi perkantoran yang dilengkapi dengan Fasilitas Rumah Sakit (termasuk UGD), Gedung Sekolah TK dan SD, IC berada pada tanah seluas 4 ha, dan luas bangunan utama sebesar 50 ribu m2.
Berada di Masjid Islamic Center seakan sedang berada di Timur Tengah karena karena bangunan ini didirikan bernuansa Timur Tengah. Masjidnya merupakan paduan dari tiga artistik Masjid terindah didunia yaitu Masjid Nabawi (Madinah), Masjid Sofia (Turki) dan Masjid Putra Jaya (Malaysia). Lampu kristal, marmer dan ukiran unik kaligrafi bertemakan asmaul husnah pada dinding- dindingnya menjadikan Masjid ini sebagai karya arsitektur yang luar biasa indah dan megah.
“ Ada lo nak keindahan alam Kaltim yang cantik buat narsis, masih berinduk di Sungai mahakam juga, yaitu di hulunya .Karena kan sungai mahakam banyak anak-anak sungainya, nah kalau kita ke hulu mahakam naik taxi air asik lo melihat pemandangan di sepanjang sungainya ”
“Mama pernah kesana?”
“Waktu kuliah dulu, mama sering hulu sungai mahakam, kan kalau PKL (Praktek Kerja Lapangan) mama harus ke camp (HPH) yang banyak terdapat di hulu sungai mahakam “
Anganku melayang kemasa sembilan puluhan dimana aku dan teman-teman fakultas kehutanan Unmul banyak menghabiskan waktu belajar kami dihutan-hutan pedalaman Kaltim, kenangan indah itu tertambat disana. Menggunakan taxi air ke hulu mahakam membutuhkan waktu sekitar satu hari satu malam malah kadang-kadang lebih. Disepanjang perjalanan, dipinggir-pinggir sungai (yang kandang kadang jaraknya cuma 5 s/d 8 meter dari kapal kami) banyak berseliwerani anak-anak monyet, anjing hutan, payau 11) dan jika beruntung dapat melihat orang hutan. Pohon-pohon berbagai jenis (hasil kekayaan hutan tropis yang heterogen) menjulang tinggi seakan menampakan kekokohan yang tak tergoyahkan. Burung-burung hutan beraneka ragam , jika beruntung kita dapat menemukan burung yang tersebar dan terbatas seperti Elang Hitam, Cekakak Suci, Kelam, dan Walet Sempur dan Walet Sapi. Semua pemandangan alam ini mempunyai nilai eksotik yang tiada duanya. Dan menjelang senja, paling tepat menikmati pemandangan natural tersebut sambil menyaksikan matahari tenggelam di buritan kapal, kita akan berdecak kagum pada ciptaan Allah subhana wataallah terhadap kekayaan alam yang diciptakan Allah pada pedalaman bumi Kalimantan Timur, dan jika beruntung saat mulai memasuki wilayah sungai muara pahu kita akan bertemu dengan segerombolan pesut mahakakam.
Pesut mahakam adalah salah satu binatang mamalia sejenis lumba-lumba namun hidupnya di sungai, Pesut mahakam merupakan icon Fauna Kalimantan Timur yang keberadaannya hampir punah, pada tahun 1975 konon jumlahnya masih sekitar 1000 ekor dan ditahun 2007 sudah jauh menyusut menjadi 50 ekor. Keberadaanya selain disepanjang sungai mahakam juga berada di danau Jempang, Danau Semayang dan Danau Melintang. Warga Kutai menyebutnya ikan pasut, masyarakat pedalaman menyebutnya Bawoi dan di Tana Tidung disebut Lamut. Pesut menggantungkan makanannya pada ikan dan udang yang ada di sungai, satu pesut dewasa dapat memakan 2 ton ikan dan udang perbulannya.
Tentu saja banyak faktor yang menyebabkan populasi pesut mahakam turun dengan dratis, selain terbatasnya jenis makanan berupa ikan dan udang, pendangkalan sungai, tingkat pencemaran sungai akibat industri perkayuan dan batu bara, sibuknya lalu lintas sungai dengan hilir mudiknya kapal besar maupun perahu kecil bermotor turut pula berperan mempercepat penurunan populasi pesut. Harusnya semua warga Kaltim punya penyadaran yang sama bahwa di dunia ini hewan pesut hanya ditemukan ditiga sungai yaitu di sungai Mahakam (Kalimantan Timur), Sungai Mekong yang membentang dari China, Laos, Kamboja dan Vietnam) dan sungai Irawady (Myanmar) , keberadaan hewan ini sudah punah sejak beberapa tahun yang lalu di kedua sungai diatan kecuali di sungai mahakam, itu pun dengan jumlah yang mencekik kerongkongan, kita harus konsisten untuk bersama-sama menjaga ekosistem agar tetap bersahabat dengan pesut mahakan, agar Deena dan anak cucunya kelak tidak hanya mendengarnya sebagai sebuah legenda.
Pasca kejayaan pengusahaan kayu oleh HPH dan industrinya, setelah melewati masa berkabung yaitu ketika banyak HPH gulung tikar, perekonomian Kaltim tidak lagi bertumpu pada sektor kehutanan, eksploitasi kekayaan alam Kaltim yang sedang marak sekarang ini adalah berlian hitam. Apabila kita berkesempatan untuk duduk-duduk di taman tepian dari pagi hingga sore saksikanlah berton-ton emas hitam diangkut ke hilir dengan menggunakan tongkang (ponton), tahukah Deena dan teman-teman sebaya, barisan itu di tahun delapan puluhan yang lalu, adalah barisan kayu gelondongan, kini pemandangan itu telah tergantikan dengan emas hitam alias batu bata, entah sepuluh atau dua puluh tahun kedepan barisan apa yang tersisa?
“Deena lihat kan tongkang-tongkang yang ditarik dari hulu ke hilir, yang berisi bertonton batu bara di sungai mahakam, dulu bukan pemandangan itu yang ramai berseliweran di sungai mahakam, tetapi kayu-kayu gelondongan….”
“Yah, sekarang kan perusahaan yang bergerak di biang kehutanan sudah banyak yang gulung tikar, yang sedang marak penambangan batu bara. Itu artinya sesuatu yang bergantung pada Sumber Daya Alam waktunya sangat terbatas, itulah sebabnya Deena dan teman-teman sebaya harus belajar giat, meningkatkan SDM , tidak tergantung pada SDA lagi, kelak setelah emas hitam itu habis, yang tetap bertahan adalah Deena dan teman-teman yang telah dibekali dengan SDM “
Tak terasa mengobrol, kami sudah sampai ke penjahit pelajar yang kami tuju, setelah membeli 2 potong baju kami bergegas pulang dan kembali melewati jembatan tiga, air mahakam tetap mengalir sebagai anak sungai sungai karang mumus yang sekarang amat sangat tercermar, kenanganku juga terbawa bersama aliran sungainya.
Samarinda, 10 Dec.09
Nb.catatan kaki sengaja tidak diterjemahkan, kalau orang Kaltim atau tinggal lama di Kaltim pasti tahu artinya kan ? hehehe
Catatan ini adalah kerinduanku pada alam Kalimantan Timur dimasa lalu, dimana aku pernah menjadi salah satu penikmatnya. Catatan ini adalah caraku mengajarkan pada anakku agar mencintai lingkungan, menumbuhan minatnya untuk mencintai lingkungan sejak dini, sungai mahakam hanya salah satunya, sengaja dibuat seperti cerita bertutur antara ibu dan anak, karena cerita ini memang untuk anak-anak kita , mudah-mudahan anak-anak itu dapat terhanyut sesuai alurnya , sungguh sebagai seorang Ibu kadang-kadang hatiku miris juga, jika semua kekayaan alam Kaltim sudah tergali, terjamah , apa yang tersisa buat anak-anak cucu nanti. Tentu saja mestinya aku tidak hanya sekedar bertanya…..
Masih ingatkah kawan tentang lagu Tepian Mahakam, entah mengapa aku pengen sekali menyenandungkannya lagi, syairnya sangat sederhana namun mengandung makna yang dalam , konon telah terbukti kesaktiannya ;
Samarinda Tepian Mahakam,
Tersohor di seluruh Kalimantan
Kota perniagaan sejak dulu kala
Kebanggaan bangsa Indonesia.
…. Sekali minum air mahakam
Terpikat janji hati terpendam
Pasti kembali ke Samarinda Sayang,
Itulah bukti kesaktian Mahakam……
Lagu diatas bermakna bahwa siapapun yang pernah meminum air mahakam, sekalipun dia telah pulang ke daerah asalnya, suatu saat akan mempunyai kerinduan yang dalam pada kota ini dimana sungai mahakam mengalir dan menjadi urat nadi pada kehidupannya. Kerinduan itu tidak mustahil akan menjadikan dia menemukan tambatan hatinya disini, tinggal disini, anak dan cucu terlahir disini . Seandainya bukan hanya hati mereka tertambat disini, tetapi jiwa, raga dan pikiran-pikiran brilianpun tertambat di sini, …..pikiran untuk bersama-sama membangun Kaltim dan melestarikan alam beserta isinya termasuk sungai mahakam. Save Mahakam River.
by : Innie Indarpuri
Terkenang tahun 80-an di Samarinda….
Pernah tinggal di Samarinda pak..??
Ya, saya pernah di Samarinda.
Beberapa milestone Samarinda yang saya ingat :
1. Pinang Babaris di tahun 70-an.
2. Pembangunan Balaikota tahun 1973-74, dimana sebelumnya adalah kuburan Cina.
3. Jalan raya Samarinda-Balikpapan 1977. Saya sudah melewati jalan itu sebelum diresmikan Presiden Soeharto.
4. Jembatan Mahakam tahun 1984.
Wah… berarti bpk orang lama juga di Samarinda… saya lahir dan besar di Samarinda pak, jd sdh begitu menyatu dgn samarinda hehehe….